BISNISBALI.com – Fenomena kemarau basah di Kabupaten Tabanan membawa dampak positif terhadap capaian target Luas Tambah Tanam (LTT) padi pada musim tanam tahun ini. Meski sempat mencatat penurunan capaian di bulan April, Dinas Pertanian Tabanan optimistis target minimal setara tahun lalu, yakni 38.000 hektar dapat tercapai.

Hingga pertengahan Juni 2025 sesuai data di Dinas Pertanian Tabanan, total LTT di Tabanan telah mencapai 19.983 hektar. Kondisi curah hujan yang masih tinggi di musim kemarau ini mendorong sejumlah kelompok tani dan subak untuk tetap memilih menanam padi ketimbang palawija. Salah satunya terjadi di wilayah Subak di Kecamatan Kerambitan yang semula berencana menanam jagung namun mengalihkan ke padi karena dukungan irigasi yang memadai.

“Musim sekarang ini banyak yang tidak jadi menanam palawija, namun memilih tanaman padi. Tidak hanya di sawah tadah hujan, kondisi ini juga terjadi di subak lainnya karena pengairan masih mencukupi,” ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, I Made Subagia, Jumat (13/6).

Target LTT nasional yang harus dilaporkan ke pemerintah pusat berada pada angka 80 persen setiap bulan. Sepanjang tahun berjalan, capaian Tabanan relatif konsisten di atas target, kecuali pada April yang sempat menurun menjadi 79 persen. Penurunan ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian jadwal tanam, baik yang mundur maupun yang maju di beberapa sentra produksi.

Meski optimis mencapai angka 38 ribu hektare seperti tahun lalu, Subagia mengakui target pusat sebesar 43 ribu hektare sulit dicapai. Hal ini karena adanya perbedaan data Lahan Baku Sawah (LBS) yang digunakan antara pusat dan daerah, serta kondisi indeks pertanaman (IP) di Tabanan yang umumnya maksimal hanya 2 hingga 2,2 akibat pola tanam adat setempat.

“Di Tabanan, tanam padi umumnya dua kali setahun, dan baru ditanam lagi di bulan November untuk panen pada Januari tahun berikutnya. Namun demikian, potensi penambahan tetap terbuka dengan adanya program budi daya padi gogo yang direncanakan mulai Juli–Agustus 2025,” kilahnya.

Di sisi lain, kemarau basah juga menimbulkan tantangan dalam hal pengendalian hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pemerintah daerah bersama petani setempat dan dukungan dari provinsi sebagai Tim Komando Gerakan Pengendalian (Gerdal) tengah menggiatkan berbagai langkah antisipatif untuk mencegah gangguan terhadap produksi.

Ketua KTNA Kecamatan Kerambitan yang juga menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Penyuluh Pertanian Swadaya Indonesia (P3SI) Kabupaten Tabanan, I Gusti Subagia, mengungkapkan, sejumlah subak kini mengubah rencana tanam palawija menjadi padi, menyusul membaiknya kondisi irigasi berkat curah hujan yang stabil.

“Rencana awal pada musim tanam kedua yang bertepatan dengan kemarau adalah menanam jagung, namun kini karena ada hujan dialihkan untuk melanjutkan kembali tanaman padi,” pungkasnya.

Fenomena ini, lanjutnya, bukan hanya didorong oleh kondisi cuaca yang mendukung, tapi juga karena faktor ekonomi. Saat ini, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan signifikan, yakni mencapai Rp 6.600 per kilogram, melampaui Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.

“Fenomena kemarau basah ini lebih disambut antusias untuk menanam padi, karena harga gabah juga sedang bagus. Ini tentu menjadi dorongan kuat bagi petani untuk memaksimalkan musim tanam,” tambahnya.*man