BISNISBALI.com – Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis begitu mudah penularannya lewat droplet air liur penderita. Untuk itu masyarakat diimbau waspada agar dapat memproteksi diri dari penyebaran penyakit yang menyerang paru-paru ini.
Menurut Spesialis Paru RSUD Wangaya dr. Ida Ayu Ika Wari Utami saat diwawancarai, Rabu (21/5), Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India penderita TBC terbanyak di dunia. Dan saat ini sudah masuk endemi.
“Jadi yang perlu diwaspadai adalah angka penularannya itu sangat tinggi di Indonesia kalau tidak berhasil memproteksi diri,” katanya.
Selain TBC aktif yang gejala langsung terlihat, ada juga TBC laten yang mana ada sebagian orang sudah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis namun tidak menunjukan gelaja.
“Tapi suatu saat jika sistem imun yang bersangkutan buruk atau ada penyakit lain seperti ginjal, kencing manis, dia baru akan terlihat gejalanya. Dan itu yang perlu kita waspadai,” katanya.
Di RSUD Wangaya terjadi peningkatan kasus atau pasien TBC dari tahun ke tahun. Namun d sisi lain angka kesembuhan juga terus mengalami peningkatan.
Terkait pengobatan, dr. Ika mengatakan, TBC ada dua jenis yakni TBC yang sensitif obat dan TBC kebal atau resisten obat. Untuk TBC sensitif membutuhkan waktu 6 hingga 12 bulan dan untuk TBC resisten obat 6 hingga 20 bulan.
“Saat ini pengobatan TBC sendiri sudah semuanya menggunakan obat minum tidak suntik seperti dulu,” ujarnya.
Untuk biaya pengobatan karena pengentasan TBC merupakan program nasional, pengobatan sepenuhnya ditanggung pemerintah pusat. Baik itu bagi pasien yang memiliki BPJS ataupun tidak. *wid