bisnisbali.com-Dari kegelisahan dengan tumpukan sampah yang tiap hari terus bertambah dan menjadi masalah lingkungan, menjadi awal Ema Suranta melakukan budidaya larva lack Soldier Fly (maggot). Kegiatan ini ternyata memberikan nilai ekonomi yang menjadi sumber pendapatan dengan mampu menyerap 2 ton sampah organik per minggu.

Dengan dukungan dari program PNM Merkaar ia memungkinkan mengembangkan sistem pengolahan limbah maggot segar dan kasgot (pupuk organik) yang kini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi Ema dan warga sekitar. Semangat juang Ema dalam mengubah tumpukan sampah menjadi sumber harapan bagi lingkungan, masyarakat dan masa depan bersama.

Terlebih, musibah ledakan dan longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi pada 21
Februari 2005 makin menyalakan tekad Ema untuk menjadikan Bank Sampah Bukit Berlian bukan hanya tempat pemilahan, tetapi juga menjadi pusat edukasi, pemberdayaan, dan gerakan sosial lingkungan.

Giat ini pun membawa Ema mampu meraih penghargaan pada ajang Mata Lokal Award 2025 untuk sub-kategori Local Ace in Organic Waste Transformation.

“Terima kasih juga kepada PNM yang telah benar-benar mendukung kami sebagai nasabah. Penghargaan ini menjadi tanggung jawab sekaligus penyemangat bagi kami untuk terus berinovasi,” ujar Ema.

Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, menyampaikan pemberdayaan ekonomi kerakyatan tidak hanya mendorong kemandirian, tetapi juga melahirkan agen perubahan yang mampu membawa solusi nyata bagi tantangan sosial dan lingkungan.

“Kami merasa bangga dan terinspirasi oleh pencapaian ini, PNM akan terus hadir untuk memberikan harapan dan kesempatan bagi perempuan prasejahtera agar dapat mandiri secara ekonomi. Dengan akses pembiayaan tanpa agunan serta pendampingan intensif, kami ingin memastikan setiap nasabah PNM bisa berkembang secara berkelanjutan,” ujarnya. *wid