BISNISBALI.com – Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Tim Pengendali Inflasi (TPID) merancang akan menggelar Operasi Pasar (OP) untuk beras, sebagai respons capaian inflasi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi Tabanan tahunan year on year (y on y) per Juni 2025 tercatat sebesar 3,38 persen, meningkat tajam dibandingkan capaian Mei secara y on y yang hanya 1,96 persen.

Kenaikan inflasi ini didorong kuat oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat inflasi y on y 6,52 persen, dengan beras sebagai penyumbang tertinggi sebesar 0,48 persen terhadap inflasi. Disusul kopi bubuk dan cabai rawit masing-masing 0,29 persen, serta daging babi 0,26 persen.

Selain makanan, minuman dan tembakau, inflasi juga disumbang oleh kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,38 persen. Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,82 persen.
Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,44 persen. Kelompok kesehatan sebesar 1,34 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,14 persen. Kelompok pendidikan sebesar 2,72 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,62 persen, Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,19 persen.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam yang juga Wakil Sekretaris Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan Made Hari Sujana, mengungkapkan, kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Oleh karena itu, pihaknya tengah merancang OP dengan menggandeng Bulog untuk menstabilkan harga.

“Sebenarnya gejolak harga beras ini sudah terdeteksi pada akhir Mei dan realisasi di lapangan baru dirasakan pada Juni. Sehingga kami akan stabilkan dengan OP,” ujarnya, Rabu (2/7).

Menurutnya, lonjakan harga beras ini dipicu oleh berkurangnya jumlah penyaluran untuk beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke tingkat konsumen belakangan ini. Rencananya, kegiatan OP nanti tidak hanya menjual beras, namun nanti juga menjual minyak goreng dan gula pasir yang terindikasi mengalami potensi kenaikan harga atau berpotensi sebagai penyumbang inflasi.

Fenomena lain yang turut menyumbang inflasi, yakni lonjakan sektor perumahan akibat maraknya pembangunan di Kabupaten Tabanan dalam dua bulan terakhir. Selain itu, pembelian seragam dan perlengkapan sekolah yang meningkat lebih awal menjelang tahun ajaran baru, sehingga ikut menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Juni lalu.

Sementara itu tambahnya, ada beberapa faktor lokal yang menurut pendataan BPS mempengaruhi inflasi Tabanan, berbeda dari wilayah lain. Salah satunya adalah harga daging babi yang terdata naik, namun berdasarkan pemantauan TPID Tabanan justru mengalami pelemahan harga selama tiga bulan terakhir.

Meski demikian, angka statistik tetap menunjukkan kontribusi inflasi dari komoditas tersebut.
“Hal ini kami anggap perlu evaluasi teknis dalam pengambilan data. Namun fakta lainnya seperti kenaikan harga tomat memang nyata, sempat menyentuh Rp 25 ribu per kilogram bulan lalu,” tandasnya.*man