Tabanan (bisnisbali.com)-Cuaca buruk disertai gelombang tinggi hingga 4 meter masih menghalangi aktivitas nelayan di wilayah pesisir selatan Kabupaten Tabanan. Berdasarkan rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III, gelombang ekstrem ini diperkirakan berlangsung pada 2-5 Juli.
Peringatan dini telah dikeluarkan oleh BMKG khususnya bagi wilayah Selat Bali bagian selatan, Selat Lombok bagian selatan, Selat Badung, dan perairan Selatan Bali yang mencakup wilayah laut Kabupaten Tabanan. Para nelayan kecil diminta meningkatkan kewaspadaan, terutama yang menggunakan perahu tanpa mesin atau kapal ringan.
Meski menghadapi risiko tinggi di laut, di sisi lain Juli ini merupakan awal musim panen lobster. Menariknya, harga lobster di pasaran kian mahal, sehingga menjadikan komoditas ini sebagai peluang emas bagi nelayan di tengah cuaca buruk.
“Beberapa pekan terakhir cuaca memang agak ekstrem, sehingga kami imbau nelayan untuk sementara tidak melaut. Namun, ada saja nelayan yang tetap melaut karena tangkapan lobster sedang bagus-bagusnya saat ini. Biasanya hasil panen meningkat dua kali lipat dibanding bulan-bulan biasa,” papar Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Tabanan I Gede Bogarada, Selasa (1/7).
Sementara itu, Ketua Paguyuban Nelayan Bali Ketut Arsana Yasa menyampaikan, lobster merupakan komoditas yang menjanjikan keuntungan bagi nelayan Tabanan seiring harganya yang semakin mahal. Saat ini lobster berukuran 300 gram ke atas harganya sekitar Rp500 ribu, sedangkan lobster di bawah 300 gram (dari 160 gram) masih di kisaran Rp300 ribu-Rp 350 ribu.
“Sekarang ini rata-rata tidak ada ekspor lobster, namun permintaan pasar lokal cukup bagus. Jadi, harga pangsa pasar ekspor dan lokal ini bersaing atau sama-sama bagus,” ujar Arsana Yasa yang juga anggota DPRD Tabanan. *man