Denpasar (bisnisbali.com) –Wujud kolaborasi Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali melalui forum PIKBS (Pusat Investasi Kerthi Bali Sadhana) menghasilkan empat belas proyek investasi potensial dari berbagai kabupaten/kota dan lembaga di Bali.
Beberapa proyek tersebut yaitu ekosistem electric vehicle, revitalisasi Bandara Letkol Wisnu, jaringan utilitas terpadu, kopi arabika, Singamandawa Kintamani, Kebun Raya Gianyar, Anjungan Cerdas Rambut Siwi, Pembangkit Listrik Tenaga Solar, Bukit Teletabis, Budidaya Rumput Laut, Sentra Pengolahan Mackarel, Revitalisasi Pasar Induk Gadarata Singasana, Fasilitator Produk UMKM, Kawasan Industri Terpadu Bali 6.0 dan Sistem Penyediaan Air Minum Ayung.
Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Indra Gunawan Sutarto baru-baru ini menyampaikan, ke-14 proyek investasi potensial di Bali tersebut, kemudian disusun dalam buku katalog investasi, yang selanjutnya diserahkan oleh PIKBS kepada Pemerintah Provinsi Bali.
Hadirnya buku katalog investasi ini diharapkan mampu mempermudah perluasan informasi dan promosi terintegrasi proyek investasi strategis kepada investor potensial yang selanjutnya diharapkan dapat mendukung peningkatan realisasi investasi.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Dedi Latif dalam acara talkshow Bali Jagadhita belum lama ini menyampaikan terdapat 3 hal yang menjadi kunci keberhasilan investasi yakni perizinan, regulasi, dan daya saing. Melalui PP No. 24 Tahun 2019, pemerintah berkomitmen memberikan insentif dan kemudahan investasi di Indonesia bagi investor yang memenuhi sejumlah kriteria diantaranya meningkatkan pendapatan masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, melakukan alih teknologi, menyerap tenaga kerja, menggunakan sumber daya lokal, meningkatkan PDRB, berwawasan orientasi ekspor dan sebagainya.
Dedi turut menegaskan hilirisasi menjadi perhatian pemerintah untuk mendorong investasi yang berkualitas. Bali sendiri memiliki beberapa potensi industri hiliriasi seperti industri kreatif (kriya, fesyen, dll), industri agro (pengolahan hasil perkebunan), termasuk penguatan dari sisi pariwisata dengan pengembangan health tourism dan ecotourism.
Bank Indonesia memprakirakan outlook perekonomian Bali 2025 tetap solid pada kisaran 5,0- 5,8% (yoy). Dengan outlook ekonomi yang tetap kuat, terjaganya inflasi, tetap solidnya optimisme pelaku usaha, dukungan insentif oleh pemerintah, serta daya saing daerah Bali yang sangat baik tentunya semakin membuka peluang untuk peningkatan investasi di Bali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja menilai, strategi kolaboratif antar pemangku kepentingan perlu terus didorong diantaranya melalui fasilitasi kemitraan strategis antara inevstor besar dengan UMKM, penguatan infrastruktur dan konektivitas, serta pengembangan kualitas SDM. Melalui penyelenggaraan Bali Jagadhita Investment Forum 2025 diharapkan dapat semakin mendorong tercapainya perekonomian Bali yang inklusif dan berkelanjutan.*dik