BISNISBALI.com – Harga babi di tingkat peternak di Kabupaten Tabanan, Bali, mulai menunjukkan tren penurunan tajam sejak sebulan terakhir. Setelah sempat bertahan di harga tinggi Rp54.000 hingga Rp52.000 per kilogram menjelang dan pascahariraya Galungan, kini harga di tingkat peternak melemah hingga menyentuh Rp38.000 per kilogram.
Penurunan harga tersebut dirasakan langsung oleh peternak lokal. Salah satunya I Ketut Gede Jaya Ada, peternak asal Desa Baru, Kecamatan Marga, Tabanan, yang mengaku merugi akibat harga jual yang berada di bawah harga pokok produksi. “Harga sekarang sudah hancur hingga di bawah Break Even Point (BEP). BEP kami di Rp 40.000 per kilogram,” ujarnya, Minggu (8/6).
Menurutnya, anjloknya harga dipicu oleh menurunnya permintaan babi setelah Galungan, sekaligus diduga jadi momentum bagi sejumlah bakul (pedagang perantara) untuk menekan harga babi. Itu terbukti adanya ketimpangan harga antara harga ditingkat peternak dengan di tingkat pedagang di pasar tradisional yang masih dijual tinggi di posisi Rp 100 ribu per kg.
Di sisi lain perdagangan antarpulau babi dari Bali ke luar, diantaranya menuju Sulawesi Utara, Pontianak, dan Manado cenderung menurun belakang ini. Sehingga ikut memberi andil pada penurunan harga babi di peternak lokal.
Menariknya, di tengah turunnya harga jual babi siap potong, harga bibit babi justru stabil di posisi Rp 1,2 juta hingga Rp 1,4 juta per ekor. Kondisi ini seiring dengan tingginya permintaan pasar, bahkan untuk pembelian bibit babi ini konsumen harus inden.”Permintaan pasar akan bibit babi ini cukup ramai, bahkan berlomba-lomba untuk membeli. Saya juga tidak mengerti tren di lapangan seperti apa, namun kemungkinan pembelian bibit ini sebagian besar untuk stok isian kandang untuk menghadapi momen Galungan dan Kuningan nanti,” pungkasnya.
Sementara itu penurunan harga babi ini juga dibenarkan oleh Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kabupaten Tabanan yang juga Wakil Sekretaris Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tabanan, Made Hari Sujana. Kata dia, penurunan harga babi ini memberi andil pada sumbangan deflasi di Kabupaten Tabanan secara bulanan (month-to-month/m-to-m) pada Mei lalu. Kondisi ini memunculkan tantangan tersendiri bagi Kabupaten Tabanan sebagai daerah penghasil pangan yang menghadapi keluhan dari kalangan petani dan peternak akibat turunnya harga jual hasil produksi mereka.
“Daging babi yang sebelumnya jadi pendorong inflasi, kini jadi penyumbang deflasi. Ini ikut menahan inflasi tahunan Tabanan di angka 1,97 persen per Mei,” tandasnya.*man