BISNISBALI.com – Pembangunan vila di Bali kian marak. Tidak hanya oleh masyarakat Bali dan luar Bali, namun juga oleh warga negara asing (WNA) dengan menggunakan sistem nominee. Kondisi ini berpotensi menambah persaingan dengan akomodasi kamar hotel di Bali.
Ketua Real Estate Indonesia (REI) Bali Anak Agung Made Dharma Setiawan belum lama ini mengatakan, Bali sebagai sektor pariwisata menjadi incaran pembangunan saat ini. Penjualan property pun dikauinya tetap melejitt, tidak terimbas kelesuan ekonomi.
Tak hanya rumah komersil, pembangunan vila juga tengah marak. Bahkan banyak WNA yang tertarik dengan kepemilikan vila di Bali. “Developer luar Bali banyak masuk Bali, termasuk pengembang luar negeri, Russia banyak masuk Bali,” katanya.
Saat ini pembangunan vila kata dia, tengah berkembang di wilayah Bukit, setelah sebelumnya Canggu yang kini sudah padat. “Aturan-aturan kepemilikan developer di Bali harusnya ada. Makanya jalan begitu saja, ada yang pakai nominee itu kan seolah orang-orang kita yang punya,” terangnya.
Demikian dia mengakui, dengan maraknya pembangunan di Bali dan banyaknya peminat untuk membeli lahan ataupun property di Bali membuat harga lahan di Bali semakin tinggi.
Sementara itu, Pengamat Pariwisata Prof. Dr. I Putu Anom, B.Sc., M.Par saat diwawancarai Rabu (14/5) mengatakan, membangun vila oleh WNA dengan atas nama orang lokal perlu ditertibkan. Ketika sudah memiliki ijin akomodasi akan menjadi persaingan ketat dengan akomodasi yang sudah ada. Terlebih ijin pariwisata tidak ada menambah kerugian daerah.
Pihaknya menekankan ijin nominee itu bisa dievaluasi kembali. Hal ini juga bisa membuat jumlah kamar di Bali semakin banyak. Disamping itu, kepemilikan vila oleh WNA juga dijadikan bisnis yang bisa menambah persaingan. “Karena kan dia (WNA) lebih mudah memasarkan ke negaranya ke teman-temannya. Nanti dihandle semua, jadi gaid dan sebagainya,” terangnya.
Dia pun menyoroti minimnya nilai investasi bagi WNA untuk memiliki golden visa di Bali. Kondisi ini bisa merebut pasar menengah ke bawah. “Harusnya nilai investasi lebih besar. Rp10 miliar itu kecil. Ini bisa merebut sektor bisnis kecil menengah di Bali,” terangnya. *wid