BISNISBALI.com – BPS Bali mencatat ekonomi di Pulau Dewata pada triwulan I-2025 terkontraksi 4,38 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2024 (q-to-q).

Kepala BPS Provinsi Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Senin (5/5) menerangkan, secara q-to-q, kontraksi terdalam tercatat pada tiga usaha di Bali.

Pertama, lapangan usaha konstruksi. Pelemahan ini tercermin dari menurunnya pengadaan bahan baku dan material konstruksi. Pengadaan semen di Bali pada triwulan I-2025 turun sekitar 5 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, aktivitas penggalian untuk komoditas pasir dan batu galian juga mengalami penurunan.

“Minimnya pengerjaan proyek konstruksi pada awal tahun diduga karena sebagian besar proyek masih berada dalam tahap tender,” katanya.

Tercatat, realisasi belanja modal APBN untuk kelompok belanja gedung dan bangunan, serta jalan, irigasi, jembatan, dan jaringan, turun hingga 97 persen secara q-to-q.

Kedua, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami kontraksi yang dipicu oleh penurunan volume barang yang diperdagangkan, baik dari suplai domestik maupun impor. Penurunan suplai domestik terutama disebabkan oleh menurunnya produksi komoditas pertanian, penggalian, dan hasil industri pengolahan.

“Sementara itu, volume impor juga mengalami penurunan, khususnya impor dari luar negeri yang tercatat turun sekitar 27 persen secara q-to-q,” ujarnya.

Berdasarkan data samsat Bapenda Provinsi Bali triwulan I-2025, perdagangan kendaraan baru turut melemah baik pada kelompok sepeda motor yang turun sedalam 28 persen maupun kelompok mobil dan sejenisnya yang turun hingga 44 persen secara q-to-q.

Ketiga, memasuki periode low season pada triwulan I-2025, aktivitas pariwisata dan penyelenggaraan MICE mengalami penurunan sehingga berdampak pada penciptaan nilai tambah yang lebih rendah pada lapangan usaha real estate, penyediaan akomodasi dan makan minum serta jasa Lainnya. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan ke berbagai objek wisata serta tingkat hunian jasa akomodasi seperti hotel dan vila.

Penurunan aktivitas penyediaan akomodasi tercermin dari melemahnya Tingkat Penghunian Kamar (TPK), terutama pada kelompok hotel bintang. Selama triwulan I-2025, rata-rata TPK hotel bintang berada pada kisaran 52,67 persen, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran 62,51 persen.

Pada triwulan I-2025 (q-to-q), kontraksi perekonomian Bali sedalam 4,38 persen, terutama bersumber dari lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dengan sumbangan kontraksi sedalam 1,22 persen. Lapangan usaha dengan sumbangan kontraksi terbesar lainnya adalah konstruksi (0,90 persen) dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (0,77 persen).

Sementara, gabungan 14 lapangan usaha lainnya tercatat menahan pertumbuhan ekonomi Bali dengan sumbangan sedalam 1,49 persen pada triwulan I-2025.*dik