BISNISBALI.com – UMKM hijau dan UMKM digital menjadi arah penting pengembangan usaha kecil di era saat ini. UMKM Bali memiliki peluang besar untuk mengadopsi kedua konsep tersebut karena kekayaan alam dan budaya lokal sangat mendukung produk berbasis keberlanjutan, serta tingginya adopsi teknologi digital di kalangan masyarakat.

Namun demikian ada beberapa tantangan yang masih kerap dihadapi UMKM Bali untuk berinovasi di era ekonomi hijau dan ekonoi digital. Demikian disampaikan pemerhati ekonomi Dr. Luh Kadek Budi Martini di Denpasar, Senin (28/4).

Saat ini, beberapa UMKM Bali sudah mulai menerapkan prinsip hijau (green UMKM) melalui penggunaan bahan ramah lingkungan, daur ulang, dan energi bersih serta memperluas pemasaran melalui platform digital dan marketplace.

Budi Martini yang juga Dosen Manajemen di Sekolah Tinggi Bisnis (STB) Runata ini mencontohkan UMKM di Bali sudah menerapkan ekonomi hijau dan digital antara lain, Giri Bali Bamboo, kerajinan bambu ramah lingkungan di Pemogan dan perajin bambu di Gianyar. Termasuk Namaste 21, perajin tas yang memanfaatkan karung goni, kain perca dari kain tenun serta memanfaatkan e-commerce untuk pemasaran global. UMKM yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan jangkauan bisnis.

“Beberapa pelaku industri kreatif juga sudah beralih ke sistem produksi berkelanjutan dan memperkuat pemasaran lewat media sosial,” ujarnya.

Berbicara tantangan, Ibu Budi biasa ia dipanggil menyampaikan, tantangan utama UMKM dalam berinovasi di era ekonomi hijau dan digital meliputi keterbatasan akses pembiayaan, rendahnya literasi digital dan teknologi ramah lingkungan, keterbatasan jaringan pasar serta kebutuhan adaptasi terhadap regulasi baru yang mendukung ekonomi berkelanjutan.

Padahal, di tengah kondisi ekonomi nasional dan global yang dinamis ini, peluang UMKM terbuka lebar melalui permintaan pasar terhadap produk-produk hijau, pariwisata berkelanjutan, dan peningkatan transaksi digital, baik di dalam negeri maupun ekspor.

Dengan menerapkan ekonomi hijau dan digitalisasi, UMKM tidak hanya dapat meningkatkan kinerja dan daya saing mereka, tetapi juga berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Ia pun menilai dukungan UMKM terhadap perekonomian semakin strategis, apalagi dengan penerapan prinsip ekonomi hijau dan digital yang memperkuat daya saing, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan ekspor, dan mendukung transisi Bali ke arah pembangunan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Sebelumnya Kepala BI Bali, Erwin Soeriadimadja menyampaikan pengembangan UMKM hijau saat ini menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat dunia. Di Bali terdapat lima UMKM hijau telah berhasil memperlihatkan berbagai inovasi produk hijau, seperti pemanfaatan limbah plastik, teknik penggunaan pewarna alam yang ramah lingkungan dan zero waste untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah.*dik