BISNISBALI.com – Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUBPI) Bali, I Ketut Harry Suyasa di Denpasar, Kamis (24/4) menggungkapkan, ada indikasi masuknya daging babi impor. Hal tersebut perlu diwaspadai agar tidak sampai merusak harga serta perekonomian peternak yang sudah terbangun bagus saat ini.
Dengan adanya indikasi tersebut, pemerintah daerah bersama DPRD diharapkan bisa melakukan pengawasan. Sehingga dapat mencegah ataupun menindak masuknya daging impor ke Bali.
Saat ini harga babi di tingkat peternak sudah bagus dan sesuai harapan. Saat ini harga babi sudah menyentuh Rp53.000 hingga Rp55.000 per kilogram berat hidup. Kondisi ini pun tentu harus dipertahankan untuk terus menjaga animo masyarakat untuk beternak.
“Jangan sampai indikasi masukannya dading impor memberikan efek tidak baik pada ekonomi peternakan yang sudah terbangun bagus,” katanya.
Menurutnya indikasi adanya daging babi impor ke dalam negeri dilihat dari beberapa postingan di media sosial. Namun demikian terkait asal negara pengimpor belum diketahui.
“Kami kan takutnya juga berasal dari negara-negara yang terkena wabah seperti Filipina. Ini juga akan merugikan peternak yang bisa menyebarkan wabah,” ungkapnya.
Dia mengaku bersama asosiasi di daerah lainnya, telah melakukan komunikasi dan mencoba bertemu dengan kementerian terkait indikasi masuknya daging impor ini. Dia berharap agar hal tersebut bisa diantisipasi sedini mungkin untuk menyelamatkan perekonomian peternak. *wid