BISNISBALI.com – Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat sebagai bagian dari penyesuaian fiskal nasional, tak berdampak signifikan pada angka kunjungan wisatawan ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, Bali. Itu terbukti hingga pertengahan April 2025, tingkat kunjungan wisatawan tetap stabil dengan rata-rata harian mencapai 4.000 orang.

Manajer Operasional DTW Tanah Lot, I Wayan Sudiana, menyampaikan bahwa sejauh ini belum terlihat penurunan signifikan akibat kebijakan tersebut. “Kami memantau secara berkala, dan sampai hari ini, tren kunjungan masih cukup baik. Masyarakat tampaknya masih menjadikan Tanah Lot sebagai destinasi favorit, baik untuk wisata maupun spiritual,” ujarnya, Senin (21/4).

Selain efisiensi anggaran, kebijakan pembatasan studi tour dari beberapa provinsi juga sempat dikhawatirkan menurunkan volume kunjungan domestik. Namun menurut Sudiana, dampaknya juga masih relatif kecil. “Studi tur asal Jawa Barat, misalnya, hanya berkontribusi sekitar 1 persen dari total kunjungan domestik selama semester kedua 2024. Jadi, dampaknya tidak terlalu terasa,” jelasnya.

Stabilnya angka kunjungan ini memberi ruang bagi pengelola DTW untuk tetap fokus pada persiapan pujawali di Pura Luhur Tanah Lot yang akan digelar pada 7–10 Mei 2025 mendatang. Dalam mendukung pelaksanaan pujawali, tim operasional DTW Tanah Lot telah mulai melakukan berbagai langkah persiapan, khususnya dalam hal kebersihan kawasan pura. “Kami melakukan pembersihan lumut dan memperkuat tim kebersihan dengan sistem jam lembur, khususnya menjelang dan selama pelaksanaan pujawali. Ini dilakukan agar pemedek merasa nyaman saat melakukan persembahyangan,” tambah Sudiana.

Usai pelaksanaan pujawali, pengempon Pura Luhur Tanah Lot akan melanjutkan tahap utama pemugaran pura yang dimulai pada 11 Juni 2025. Pemugaran ini mencakup perbaikan seluruh pelinggih, termasuk pelinggih utama, dan ditargetkan selesai sebelum 3 November 2025, mengingat bulan berikutnya akan diadakan Upacara melaspas alit yang bertepatan  dengan piodalan berikutnya. Tahapan ini diharapkan dapat memperkuat fungsi sakral pura sekaligus menjaga warisan budaya yang ada.*man