BISNISBALI.com – Perekonomian Bali yang bertumpu pada pariwisata sangat rentan dengan gejolak yang terjadi baik secara nasional maupun global. Untuk itu Bali harus mengembangkan sektor lainnya, seperti pertanian, perkebunan dan lainnya. Termasuk ekspor menjadi upaya yang harus diperkuat untuk mengurangi ketergantungan oleh pariwisata.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Ekonomi Digital, Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda di Denpasar, Selasa (15/4). Dia mengatakan, potensi ekspor Bali cukup tinggi yang bisa menjadi peluang untuk mengurangi ketergantungan dengan sektor pariwisata.
“Produk rumput laut misalnya. Potensi di Bali cukup tinggi,” katanya.
Demikian untuk produk lainnya seperti handycraf hingga kerajinan lainnya menurut Nailul Huda perlu digencarkan kembali promosi dan pemasarannya. Mengingat pada masa sebelumnya sempat booming di pasar ekspor dan kini tergerus oleh persaingan negara-negara lain.
Menurutnya, Bali memiliki tiga cara promosi untuk menggenjot kembali pasar ekspor. Pertama melakukan pendekatan ke kedutaan besar masing-masing negara tujuan ekspor untuk mendorong agar produk Bali bisa dipromosikan di negara tersebut. “Karena marketing ini juga bagian dari Kedubes,” katanya.
Kedua bisa memanfaatkan kunjungan wisatawan ke Bali untuk memperkenalkan produk-produk unggulan Bali ke wisatawan. Serta ketiga mencari pangsa pasar yang tetap.
“Ke depan rumput laut bisa disasar, ini tidak ada kaitannya dengan pariwisata. Diproses di Bali dieskpor ke luar,” terangnya.
Terkait memperkuat ekspor produk Bali, Pengamat Ekonomi dari Universitas Pendidikan Naisonal (Undiknas) Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE., M.M mengatakan, data terbaru menunjukkan bahwa nilai ekspor Bali mengalami fluktuasi. Pada periode Januari sampai dengan Agustus 2024, nilai ekspor mencapai 171,44 juta dolar AS, menurun 12,91 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, pada Januari sampai dengan September 2024, nilai ekspor meningkat menjadi 482,49 juta dolar AS, dengan Amerika Serikat sebagai tujuan utama . Komoditas unggulan seperti ikan, krustasea, dan moluska tetap mendominasi ekspor, mencatat nilai 14,07 juta dolar AS pada Oktober 2024.
Untuk meningkatkan daya saing dalam pasar ekspor kata dia, diperlukan strategi komprehensif, termasuk inovasi produk, peningkatan kualitas, dan pemanfaatan teknologi.
“Fasilitas fiskal seperti Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) telah membantu pelaku usaha menekan biaya produksi, terutama bagi industri kecil dan menengah. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor dan penguatan branding produk lokal sebagai barang premium berbasis budaya dapat meningkatkan daya tarik di pasar internasional,” jelasnya.
Kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan juga menurutnya sangat penting untuk meningkatkan kapasitas SDM dan riset pasar. Dengan upaya berkelanjutan, Bali berpeluang besar memperkuat sektor ekspornya, mengurangi ketergantungan pada pariwisata, dan membangun ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan. *wid