BISNISBALI.com – Produksi kelapa di Kabupaten Tabanan belum maksimal memenuhi kebutuhan pasar lokal saat ini. Kondisi ini berdampak langsung pada pasokan kelapa untuk kebutuhan upakara, termasuk kelapa daksina yang kini harganya melonjak hingga menembus Rp15 ribu per butir.

Berdasarkan data terbaru tahun 2024, produksi kelapa dalam di Tabanan mencapai 15.735,89 ton, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 15.126,78 ton. Kenaikan ini terjadi meskipun luas areal tanam kelapa dalam relatif stabil di angka 15.038,42 hektar sejak tahun 2020.

Selain kelapa dalam, jenis kelapa genjah juga mengalami lonjakan produksi yang cukup tajam. Di tahun 2024, produksi kelapa genjah mencapai 435,57 ton, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2023 yang hanya 258,51 ton. Kenaikan ini terjadi tanpa adanya perluasan area tanam yang signifikan. Yakni, 647,30 hektar sejak tahun 20221.

Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Tabanan, I Gusti Ayu Sintha Oktavianti, SE mengungkapkan, peningkatan produksi tersebut belum cukup signifikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan kelapa termasuk untuk sarana upakara seperti daksina banyak dipasok dari luar Bali. Akibatnya, di tengah tidak maksimalnya produksi di tingkat lokal, seiring dengan menurunnya pasokan dari antar pulau karena adanya momen Lebaran, membuat harga kelapa menjelang Hari Raya Galungan menjadi melonjak tajam hingga tembus Rp20.000 per butir.

“Jelang Galungan permintaan konsumen meningkat terutama untuk kebutuhan upacara seperti daksina, sementara pasokan dari petani lokal dan dari Jawa tidak sebanding. Ini menyebabkan harga kelapa daksina melonjak cukup tinggi,” ungkapnya, Selasa (15/4).

Salah satu penyebab utama belum optimalnya produksi adalah karena banyak pohon kelapa di Tabanan sudah memasuki usia tua, yang secara alami menurunkan produktivitas.

BACA JUGA  Masyarakat Desa Mas Diajak Kelola Sampah secara Terpilah

“Padahal, kelapa adalah salah satu komoditas unggulan kita. Namun, pohon-pohon yang ada kebanyakan sudah tua, dan hingga kini belum ada program bantuan peremajaan dari pemerintah pusat,” tambahnya.

Sementara itu tambahnya, animo petani di Tabanan untuk mengembangkan kebun kelapa cukup antusias. Khususnya untuk pengembangan jenis kelapa genjah, karena memiliki keunggulan cepat berbuah dan berukuran lebih pendek.

”Kami sudah usulkan ke pusat sesuai dengan minat petani, mudah-mudahan tahun depan bisa dialokasikan program peremajaan pohon kelapa agar produksi dapat kembali optimal memenuhi kebutuhan masyarakat, baik untuk konsumsi maupun upacara keagamaan,” pungkasnya.

Sementara itu salah seorang pedagang perlengkapan upakara, Ayu Semertini mengungkapkan, kenaikan harga kelapa daksina secara drastis dalam beberapa minggu terakhir membuatnya harus putar otak agar tetap bisa bertahan.

“Kami ini cuma pengecer, jadi kalau harga dari petani naik, kami terpaksa ikut naikin juga. Tapi pembeli jadi ngeluh, banyak yang batal beli. Kadang saya turunkan untung, biar dagangan tetap jalan,” kilahnya.

Naiknya harga kelapa disinyalir akibat meningkatnya permintaan menjelang Galungan. Di sisi lain, pasokan pengepul dari Jawa belum kembali normal pascalebaran.*man