BISNISBALI.com – Persoalan pariwisata di Bali kian kompleks. Selain persoalan sampah dan kemacetan, kriminalitas belakangan ini juga mencuat dari pencurian hingga pembunuhan. Terkait persoalan tersebut, tidak hanya perlu memperhatiakn aspek keamanan, namun juga perbaikan ekonomi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pengamat Pariwisata Prof. DR. I Putu Anom, B.Sc., M.Par saat diwawancarai, Jumat (11/4). Dia mengatakan, tindakan kriminalitas erat kaitannya dengan ekonomi. Saat perekonomian terhimpit, maka banyak pikiran yang mengarahkan ke tindakan kriminaltas dari pencurian hingga pembunuhan bahkan pemerkosaan.

Situasi ini juga didukung oleh padatnya penduduk terutama di Bali Selatan. Majunya pariwisata di kawasan ini membuat masyarakat berbondong-bondong mencari peruntungan di tempat ini.

“Dan saat tidak ada rejeki, situasi kepepet terjadilah tindakan  kriminalitas,” ungkapnya.

Aksi kriminalitas ini tentu memberi ancaman bagi parwisata yang membuat wisatawan kahwatir akan keselamatannya saat berkunjung ke Bali. Tidak seperti beberapa tahun silam yang wisatawan merasa aman berpergian kemana saja, kapan saja.

Di sisi lain persoalan internal lainnya, yakni sampah dan kemacetan juga belum bisa diselesaikan. Ditambah ketegangan perdagangan dunia yang terjadi saat ini dan mengamcam perekonomian global serta akan berdamapk pada Bali yang bergantung dari pariwisata.

Dalam upaya menekan terjadinya kriminalitas, kata Guru Besar Univesitas Udayana ini mengatakan, pemeritah memiliki dua PR. Pertama menjaga keamanan wilayah dengan mengerahkan aparat hingga ke sektor terkecil yakni pecalang. Kedua harus mampu memperbaiki situasi perekonomian di Bali, memperbanyak lapangan pekerjaan sehingga masyarakat tidak tertekan dalam hal ekonomi. *wid

BACA JUGA  Kunjungan Wisdom ke Bali Diharapkan Meningkat Jelang Lebaran