BISNISBALI.com – Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi paradoks bagi bagi sektor wisata, termasuk pariwisata di Bali. Wisatawan mancanegara diestimasikan diuntungkan dengan penguatan dolar AS sehingga pemerintah dan pelaku usaha wisata di Pulau Dewata perlu memanfaatkan kondisi ini.

Ketua DPD Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, Dr. Agus Made Yoga Iswara di sela-sela Dialog Merah Putih dengan tema “Menata Pariwisata Bali” di Warung 63 Denpasar, Rabu (9/4) menyampaikan, tentu prihatin dengan pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS, termasuk beberapa mata uang negara lainnya dengan dolar AS.

Ini menandakan juga kondisi ekonomi di Indonesia membutuhkan sebuah perhatian dan dukungan banyak hal agar bisa bersaing atau menjadi lebih kuat lagi. Namun di sisi lain dari pelemahan rupiah, kata Yoga Iswara, ada paradoks yang terjadi khusus di sektor pariwisata.

Paradoks itu terlihat pertama, wisatawan mancanegara memiliki bargaining power yang lebih tinggi. Artinya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tentu akan memberikan sebuah akselerasi yang lebih baik karena bergaining power mereka. Jumlah kunjungan akan mengalami peningkatan.

Kedua, paradoks akan mempengaruhi atau menghambat juga wisatawan nusantara untuk berlibur ke luar negeri karena nilai tukar mata uang yang cukup tinggi. Jadi wisatawan domestik akan memutuskan untuk memikirkan perencanakan berlibur di Indonesia.

“Ini menjadi salah satu hal yang baik sehingga target atau potensi dari pada wisatawan nusantara di Indonesia di tahun 2025 yang mencapai 1,08 miliar ini mungkin bisa tercapai. Ini menjadi salah satu market yang perlu digarap dengan baik oleh semua pelaku pariwisata,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan pasar domestik dan wisatawan mancanegara ini perlu dijalankan dengan baik karena memiliki potensi yang sama-sama baiknya. Terkait pangsa pasar yang memiliki potensial dan spending money yang potensial dari pelemahan rupiah?. Yoga Iswara mengakui masih dari Australia, Amerika Serikat dan Eropa. Walaupun, Eropa sekarang masih lesu tetapi dibandingkan bergaining power Indonesia, Eropa lebih baik.

BACA JUGA  Program Sergap Jamin Harga Gabah Stabil

“Hampir semua market yang menjadi top market Bali semua memiliki peluang besar bahkan lebih tinggi,” imbuhnya.

Itu bisa terjadi asalkan saja kondisi daripada internal Indonesia aman. Kondisi wisata aman ini dijaga jangan sampai nanti wisatawan menghindar datang ke Bali karena mereka tidak trust dengan kondisi keamanan.

Sementara itu BPS Bali mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Februari 2025 tercatat sebesar 51,62 persen, turun sebesar 8,66 persen poin jika dibandingkan dengan bulan Januari 2025 yang tercatat sebesar 60,28 persen.

Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan mengatakan jika dibandingkan dengan Februari 2024 (y-on-y) yang mencapai 55,27 persen, tingkat penghunian kamar pada bulan Februari 2025 juga tercatat turun 3,65 persen poin. Sementara itu, TPK hotel non bintang pada Februari 2025 tercatat sebesar 36,35 persen, naik 0,73 persen poin dibandingkan Januari 2025 yang tercatat sebesar 35,62 persen.

BPS Bali mendata rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik di hotel berbintang di Bali pada Februari 2025 tercatat 2,67 malam, turun 0,24 poin dibandingkan dengan capaian Januari 2025 (m-to-m) yang tercatat selama 2,91 malam.

Jika dibandingkan dengan capaian bulan Februari 2024 (y-on-y) yang tercatat 2,62 malam, rata-rata lama menginap pada bulan Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar 0,05 poin. Sementara itu, untuk hotel non bintang, rata-rata lama menginap pada Februari 2025 tercatat sebesar 2,41 malam, naik 0,13 poin dibandingkan rata-rata lama menginap pada Januari 2025 yang tercatat sebesar 2,28 malam.*dik