BISNISBALI.com – Kebijakan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump diproyeksikan akan berimbas kepada perdagangan, ekspor, nilai tukar rupiah hingga indeks harga saham gabungan (IHSG).

Terkait hal tersebut pemerhati ekonomi Prof. Dr. Gede Sri Darma di Denpasar, senin (7/4) menyampaikan, peran pemerintah sangat diperlukan seperti melobi Donald Trump untuk menurunkan tarif resiprokal yang terlalu tinggi mencapai 32 persen untuk Indonesia.

“Lobi-lobi ke pemerintah AS sangat penting untuk bisa menghidupkan ekonomi nasional dan Bali khususnya. Demikian juga untuk IHSG,” katanya.

Menurut Sri Darma yang juga Direktur Sekolah Pasca Sarjana Undiknas University ini, pelemahan IHSG disinyalir imbas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada ekosistem pasar modal. IHSG turun akibat ketidakpercayaan asing terhadap strategi-strategi presiden yang dianggap tidak mendukung ekonomi global sehingga investor asing di bursa saham itu hengkang dan menjual semua sahamnya. Otomatis teori dan hukum ekonomi berlaku.

“Makin banyak orang menjual maka semakin murah harga sahamnya,” terangnya.

Prof. Sri Darma pun menjelaskan, terkait kebijakan tarif impor 32 persen, Donald Trump sendiri yang membatalkan namanya globalisasi. Berdasarkan historisnya, sebenarnya tarif inpor itu 0 persen pada 2020 dan itu disepakati seluruh dunia. Karena globalisasi ditandatangani 1954 dan harus terlaksana tarif importir 0 persen.

Tapi sejak Donald Trump menjadi presiden pada 2017 hingga 2020, Amerika Serikat membatalkan itu dan justru menerapkan tarif impor setinggi-tingginya sehingga dikenal dengan istilah American first.

Ini pula yang membuat Trump kalah pada pemilihan presiden sebelumnya, namun ketika kembali menang menerapkan tarif semakin tinggi.

“Dengan diberlakukannya tarif 32 persen untuk Indonesia itu sangat berpengaruh karena produk Bali dan Indonesia banyak diekspor ke Amerika,” ucapnya.

BACA JUGA  PDDS Tabanan Bidik Laba Rp1,3 M Tahun Ini

Dengan Trump memberlakukan tarif sebesar 32 persen berarti itu sama artinya produk Indonesia tidak boleh masuk AS. Sementara negeri pendukung AS dikenakan pajak yang lebih murah sehingga terjadi demo di banyak negara Eropa, seperti Prancis, Italia. Demo terhadap kebijakan Donald Trump juga dilakukan penasihatnya Elon Musk.

Demikian pula dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah saat ini lagi melemah di mana sudah Rp17.000 per dolar AS dari semula Rp14.000 per dollar AS. Ini tentu sangat berbahaya kepada ekonomi global dan khusus ke Indonesia dan Bali.

“Para pelaku UMKM yang produknya memang untuk ekspor dia pasti mati. UMKM yang tidak ekpsor tenang saja karena masih masih ada pasar dalam negeri. Tetapi mereka yang untuk pasarnya untuk luar negeri khususnya Amerika itu akan mengalami kesulitan ekonomi ditambah dengan nilai tukar Amerika dan rupiah sangat naik dari sebelumnya,” paparnya.

Di sinilah, Prof. Sri darma berharap, ada lobi-lobi yang bagus antara Prabowo dan para menteri-menterinya untuk melobi Donald Trump agar tarif impor tidak sebesar 32 persen dari sebelumnya 7 persen. *dik