BISNISBALI.com-Daya beli di sektor pariwisata saat ini disebut melesu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mulai dari persaingan yang menjamurnya akomodasi pariwisata hingga persoalan infrastruktur sebagai pendukung sektor tersebut.
Pengamat Ekonomi Prof. Dr. I Putu Anom, B.Sc., M.Par saat diwawancarai, Jumat (14/3) mengatakan, ada banyak faktor yang mempengaruhi turunnya daya beli di sektor pariwisata. Pertama yaitu over produksi, dimana masifnya pembangunan kamar hotel, restoran dan termasuk desa wisata. Hal ini menimbulkan persaingan di sektor tersebut yang berujung pada penurunan harga.
Selain itu, persaingan di biro perjalanan menurutnya juga sangat ketat. Terlebih banyak wisatawan yang saat ini beralih melakukan pemesanan lewat online (daring). “Ini kasus-kasus yang harus dicermati. Dan ada wisatawan yang lama tinggal di Bali terus menghendel teman-temannya. Itu harus dilarang, pemerintah harus tegas. Wisatawan yang visa berwisata ga boleh berbisnis,” ungkapnya.
Faktor berikutnya, menurut dia kemacetan yang terjadi saat ini hampir di sebagian besar kawasan destinasi wisata di Bali membuat wisatawan jenuh. Menurutnya hal ini harus segera diatasi, pemerintah bisa dengan segera menyelesaikan pembangunan infrastruktur baik itu short cut ataupun underpass untuk mengurai kemacetan.
Di sisi lain, efisiensi yang ditekankan pemerintah saat ini juga mempengaruhi daya beli di sektor pariwisata. Berkurangnya aktivitas perjalanan dinas hingga MICE memberi pengaruh terhadap sektor pariwisata di Bali. Terlebih ada puluhan triliun anggaran yang harus diefisienkan untuk itu. “Jelas itu berpengaruh terhadap pariwisata. MICE termasuk kunjungan dikurangi jelas penginapan batal, tranportasi dan lain-lain turut berpengaruh. Itu menurunkan daya beli,” terangnya.
Menurutnya turunnya daya beli ini tentu akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Terutama untuk Pajak Hotel dan Restoran (PHR). Demikian pihaknya mendorong agar pemerintah daerah bisa cepat menyelesaikan persoalan infrastruktur termasuk menertibkan akomodasi pariwisata. Seperti halnya villa hingga homestay yang banyak belum memiliki izin sehingga potensi pajak pun hilang.
Demikian untuk saat ini kata Prof. Anom juga tengah low season. Baik untuk wisatawan mancanegara ataupun Nusantara. Ia berharap semoga pada liburan panjang Idul Fitri nanti bisa mendongkrak kunjungan ke Bali. *wid